Kamis, 10 November 2011

Antara ASI dan Susu Formula

Air Susu Ibu (ASI) sudah jarang diberikan para ibu untuk bayi-bayi mereka yang baru lahir. Mereka cenderung memberikan susu formula untuk bayinya, tapi tahukah bahwa ASI berbeda dari susu formula? Kemampuan untuk melacak gen apakah yang bekerja pada saluran cerna bayi, telah membuat tim peneliti dari Universitas Illinois untuk membandingkan perkembangan awal dari bayi-bayi yang diberikan ASI dengan bayi-bayi yang diberikan susu formula, dan hasil penelitian mereka menunjukkan perbedaan yang signifikan.

Dalam penelitian yang dilakukan tim dari Universitas of Illinois, yang dipimpin Profesor Sharon Donovan, menunjukkan bahwa ASI bisa menginduksi jalur pembentukan gen yang berbeda pada bayi-bayi yang baru lahir apabila dibandingkan dengan bayi-bayi yang diberikan susu formula. Dan sampai sekarang belum ada susu formula yang bisa menyamai ASI dalam pembentukan gen-gen tersebut.

Walaupun bayi-bayi dalam kedua kelompok studi tersebut nampak sama dalam pertumbuhan dan perkembangannya, peneliti mengetahui bahwa bayi-bayi yang diberikan ASI memiliki risiko sakit lebih rendah yang dikarenakan adanya komponen imun-protektif pada ASI.

Pada perkembangan saluran cerna bayi yang baru lahir, ASI pun memiliki peran yang tidak kalah penting. Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa ASI memberikan efek yang baik dalam perkembangan saluran cerna, khususnya pada usus. Hal ini ditunjukkan pada penelitian terhadap sel-sel usus yang diisolasi dari feses bayi, 12 bayi yang dberikan ASI dan 10 bayi yang diberikan susu formula, siklus sel-sel usus yang berlangsung hanya tiga hari ini dapat memberikan gambaran bagaimana perkembangan jutaan sel-sel usus dari mulai yang sederhana sampai sel-sel yang telah terdeferensiasi dan telah menunjukkan fungsinya terlihat bahwa perkembangan sel-sel usus bayi yang diberikan ASI lebih baik, di mana hal ini sangat penting karena saluran cerna pada bayi akan berkembang secara signifikan karena adanya respons makanan.

Perkembangan sel-sel usus ini juga berperan dalam menjaga keseimbangan bakteri di saluran cerna karena seiring pertumbuhannya maka bakteri juga mulai muncul dalam saluran cerna bayi, sehingga saluran cerna perlu belajar dalam mengenali bakteri dan virus yang tidak baik bagi saluran cerna.

Dan yang tidak kalah pentingnya dalam pertumbuhan bayi adalah kemampuan saluran cerna dalam mengenal protein makanan sehingga tidak mengenalnya sebagai benda asing dan membentuk respons imun terhadapnya, karena apabila tahap ini terganggu maka bayi bisa mengembangkan dan mengidap alergi terhadap makanan berprotein.

Potensi lain yang tidak kalah penting secara klinis dari perkembangan bayi adalah gen yang sering muncul (terekspresi) pada kelompok bayi yang diberikan ASI adalah gen yang berpengaruh terhadap respon sel terhadap kekurangan oksigen. Kekurangan oksigen merupakan salah satu faktor yang berperan dalam perkembangan necrotizing enterocolitis (NEC), semacam gangrene pada usus yang dapat berakibat fatal terhadap bayi prematur.

NEC merupakan penyebab utama penyakit dan kematian pada bayi yang baru lahir prematur, dengan kejadian 2.500 kasus yang dilaporkan per tahunnya di AS dengan tingkat kematian mencapai 26%.

Sumber:
Chapkin RS, Donovan SM, et al. 2010. Noninvasive stool-based detection of infant gastrointestinal development using gene expression profiles from exfoliated epithelial cells. American Journal of Physiology, Gastrointestinal and Liver Physiology. 2010

http://www.smallcrab.com

Enam Macam gangguan Kulit Non Kanker

Bintik-bintik atau pertumbuhan kulit yang tidak normal dapat muncul pada permukaan kulit, terutama pada saat usia lanjut, tapi kebanyakan hal ini tidak berbahaya dan tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut. Pertumbuhan kulit yang bukan bersifat kanker antara lain actinic keratosis, cherry angioma, skin tags, age spots, tahi lalat, dan kutil.

1. Actinic keratosis

Actinic keratosis adalah pertumbuhan kulit yang memiliki permukaan kasar dan kulit dapat berwarna merah, atau putih. Actinic keratosis juga sering disebut solar keratosis karena disebabkan oleh paparan yang berlebihan terhadap sinar matahari. Actinic keratosis biasanya berkembang pada orang-orang berkulit putih selama usia pertengahan atau usia tua. Biasanya paling sering muncul di bagian wajah, hidung, telinga, tangan, dan dada sebelah atas.

Dalam beberapa kasus kecil sekitar 5% - 10%, actinic keratosis bisa berkembang menjadi suatu bentuk kanker kulit yang dikenal sebagai squamous cell carcinoma, yang invasif dan berbahaya. Jadi meskipun actinic keratosis ini bukan merupakan kanker kulit, tetapi sebaiknya anda segera mengobatinya. Aktinik keratosis bisa dibuang secara permanen melalui operasi, termasuk perawatan laser.

2. Cherry angioma

Cherry angioma berupa spot pada kulit berwarna merah terang, seperti buah cherry, yang dapat tumbuh membesar, yang terdiri dari kumpulan pembuluh-pembuluh darah yang bertumpuk di dekat permukaan kulit. Cherry angioma dapat berkembang pada setiap bagian tubuh.

Resiko terkena Cherry angioma meningkat pada usia 40 tahun ke atas, namun hal ini tidak akan berubah menjadi kanker. Cherry angioma yang muncul di bagian wajah dapat dengan mudah dihilangkan dengan pemakaian kosmetik, meski tanpa pengobatan pun biasanya hilang dengan sendirinya.

3. Skin Tags

Skin Tags atau acrochordons merupakan satu bentuk kelainan kulit yang umum dijumpai dan pada umumnya tidak berbahaya, tampak seperti kulit yang berkerut, menempel atau melekat pada kulit di bawahnya, berukuran kecil hanya beberapa milimeter sampai yang besar sekitar 5 cm saja dan berwarna sama atau lebih gelap dari kulit sekitarnya. Biasanya paling sering terjadi di bagian leher, dada bagian atas, ketiak, di sekitar mata dan bagian dimana terjadi gesekan-gesekan kulit.

Laki-laki dan perempuan sama-sama rentan terkena skin tag, lebih sering terjadi pada usia pertengahan dan cenderung meningkat sampai usia 60 tahun. Obesitas dan kelebihan berat badan dapat meningkatkan resiko terkena skin tag. Skin tag tidak berbahaya tetapi bisa menyebabkan iritasi jika terus-menerus digosok.

4. Age Spots

Age spots adalah bercak datar berwarna keabu-abuan, kecoklatan atau kehitaman pada kulit, merupakan hasil dari paparan jangka panjang terhadap sinar matahari. Dikenal juga sebagai sun spots, liver spots, lentigos atau lentigines. Bintik ini sangat bervariasi dalam hal ukuran dan biasanya dijumpai pada wajah, lengan, bahu, ataupun lengan yang umumnya terkena pajanan sinar matahari. Biasanya age spots dialami oleh orang dengan usia lebih dari 40 tahun, namun tidak menutup kemungkinan untuk dialami orang yang lebih muda.

Tanda-tanda age spot antara lain berupa:

Kerutan yang cukup dalam,
Kulit kering dan kasar,
Vena berwarna kemerahan di pipi, hidung dan/atau telinga,
Kulit tipis dan agak transparan.

Setiap orang beresiko terkena age spot dan sering muncul ketika bertambahnya usia, paling sering terjadi pada orang berkulit putih / cerah dan sering terpapar sinar matahari. Bagian kulit yang paling sering terdapat age spot adalah pada wajah, lengan, tangan, dan bagian atas bahu-yang sering terkena sinar matahari.

Age spots sendiri tidak berbahaya dan tidak memerlukan penanganan medis, namun ada kemungkinan bercak hitam tersebut berkembang menjadi melanoma. Segera lakukan pemeriksaan ke dokter apabila:

Berpigmen sangat gelap,
Secara cepat meluas,
Tidak mempunyai batas dengan kulit normal yang jelas,
Mempunyai kombinasi warna yang tidak biasa.

5. Tahi Lalat

Tahi lalat adalah pertumbuhan kulit yang umum yang dapat muncul pada hampir semua bagian tubuh. Tahi lalat pertama kali biasanya muncul sebagai bintik-bintik berwarna cokelat atau hitam yang memperbesar perlahan seiring waktu, menjadi tinggi dan berwarna beda dari kulit sekitarnya. Tahi lalat bisa menjadi daging berwarna pink, cokelat, cokelat, atau hitam kebiruan. Kadang-kadang ditumbuhi oleh rambut. Tahi lalat akan menjadi berwarna lebih gelap jika sering terpapar sinar matahari.

Tahi lalat yang hadir sejak lahir dikenal secara medis sebagai congenital nevi. Tahi lalat yang lebih besar dari rata-rata atau berbentuk tidak beraturan atau yang memiliki warna merata disebut atipikal atau tahi lalat displastik. Tahi lalat jenis ini memiliki kemungkinan berkembang menjadi bentuk kanker kulit. Anda mungkin sebaiknya memeriksakan diri ke dokter jika anda memiliki tahi lalat yang: dapat berubah bentuknya, memiliki batas yang tidak teratur, berwarna tidak rata, atau berukuran sangat besar.

Kebanyakan tahi lalat tidak berbahaya dan tidak memerlukan pengobatan. Namun beberapa orang membuang tahi lalat karena alasan tidak sedap dipandang. Faktor-faktor resiko seseorang memiliki tahi lalat antara lain faktor keturunan dan paparan sinar matahari.

6. Kutil

Kutil adalah daging tumbuh alias tumor jinak di permukaan kulit, disebabkan oleh infeksi human pappilomavirus (HPV) yang merupakan salah satu virus penyebab kanker serviks (leher rahim). Tapi kutil termasuk kategori non-kanker. Virus ini hanya menyebabkan keratin yaitu protein keras di lapisan epidermis (lapisan atas kulit) yang tumbuh terlalu cepat.

Gangguan kulit kutil berbeda dengan tahi lalat. Jika tahi lalat berwarna gelap dan cukup besar sedangkan kutil seperti warna kulit yang menonjol dan cenderung kecil. Biasanya daerah tangan dan kaki yang paling sering ditemui adanya kutil.

Kutil dapat menular ke orang lain dengan cara antara lain: menggaruk atau menggigit kutil yang ada, mengisap jari, menggigit kuku dapat menyebabkan kutil menyebar pada ujung jari dan sekitar kuku dan saat mencukur wajah atau kaki.

Kutil biasanya tumbuh berkembang, kasar, dan berwarna gelap. Ada beberapa jenis kutil, antara lain:

a. Common warts (verruca vulgaris)
Kutil jenis ini memiliki permukaan yang kasar serta teksturnya berupa benjolan yang menebal dan disebut dengan papula atau plak. Dapat muncul di setiap bagian tubuh, namun lebih sering timbul di buku jari, jari, siku dan lutut. Kebanyakan memiliki bintik-bintik kecil gelap yang berasal dari pembuluh darah beku.

b. Verrucas (plantar warts)
Kutil jenis ini biasanya muncul di telapak kaki, kadang-kadang di tumit dan jari kaki. Jenis ini dapat menyakitkan dan biasanya tumbuh ke dalam kulit karena adanya tekanan dari telapak kaki. Ciri khasnya memiliki titik hitam di tengah dengan daerah putih disekitarnya yang mengeras.

c. Plane warts (verruca plana)
Kutil jenis ini berbentuk bulat, datar, mulus dan umumnya berwarna kekuningan, kecoklatan atau warna kulit. Lebih umum terjadi pada anak-anak dan ditemukan pada tangan, kaki serta wajah.

d. Filiform warts (verruca filiformis)
Kutil jenis ini berbentuk panjang dan biasanya ditemukan pada kelopak mata, leher dan ketiak.

Sebagian besar kutil memang tidak memerlukan perawatan medis, karena kebanyakan kutil bisa hilang dengan sendirinya.

Namun jika kutil tersebut menimbulkan rasa nyeri, mudah berdarah, berubah bentuk, menyebar ke daerah lain atau tumbuh kembali setelah dibuang, maka sebaiknya periksakan ke dokter untuk mendapatkan pengobatan.


sumber :http://www.smallcrab.com